PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA
(Studi Kasus pada Siswa Kelas X UPW SMK 17 Agustus 1945 Tahun Ajaran 2017/2018 )
Author: Albertus Garut
FKIP, Universitas DR. Soetomo Surabaya
Abstract: This study aims to increase the learning activity of class X students of UPW SMK August 17, 1945 Surabaya academic year 2017/2018 by applying cooperative learning model type Make a Match (Looking for Couple). This research is a classroom action research (PTK). The subjects of the study were class X of UPW SMK 17 August 1945 Surabaya academic year 2017/2018 which amounted to 26 students. The success criteria in this research is determined by students' learning activity by 70%. This research was conducted in two cycles with four stages of implementation namely planning, implementation, observation, and reflection. Technique of collecting data of this research is observation and documentation. This research instrument is an observation sheet and pre-test sheet before implementation of action.
Keywords: Co-operative Learning Type Make a Match
Pendahuluan
Mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang ada pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dan tidak sedikit yang merasa kesulitan dalam mempelajari matematika. Mata pelajaran matematika sering dianggap sebagai ‘momok’ oleh kebanyakan siswa. Sejalan dengan pendapat para siswa SMK 17 Agustus 1945 Surabaya yang mengatakan hal serupa, karena mereka menganggap matematika adalah mata pelajaran tersulit dibanding mata pelajaran lainnya, sehingga hasil belajar matematika siswa cenderung lebih rendah dibanding dengan mata pelajaran lain. Pemahaman tentang konsep matematika harus didukung dengan aktifitas belajar siswa jika siswa cenderung pasif dalam proses belajar mengajar maka siswa akan merasa bosan dan tidak tertarik untuk belajar lebih mendalam tentang matematika.
Dari hasil pengamatan dibeberapa kelas, salah satu kelas yang kurang aktif dalam proses kegiatan belajar mengajar adalah kelas X UPW SMK 17 Agustus 1945 Surabaya. Hampir 70% siswa di kelas tersebut pasif. Hanya menerima dari guru dan cenderung bosan saat proses belajar mengajar.
Peneliti melakukan pengamatan dan pendekatan secara khusus didapatkan faktor yang menjadi salah satu penyebab kurangnya aktivitas belajar siswa adalah matematika itu sendiri memiliki objek yang bersifat abstrak sehingga pemahamannya membutuhkan daya berpikir yang tinggi, motivasi dalam diri siswa, lingkungan belajar yang kurang kondusif dan model pembelajaran yang digunakan guru dalam menyampaikan pelajaran. Model pembelajaran yang cenderung menjadikan siswa pasif, hanya melihat dan mendengarkan guru menyampaikan pelajaran dapat membuat siswa menjadi bosan dan tidak tertarik, tidak ada motivasi dari dalam dirinya untuk berusaha memahami apa yang diajarkan guru sehingga akan berimbas pada aktifitas belajar siswa.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian yang relevan tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match sehingga peneliti juga tertarik ingin meneliti tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match dalam meningkatkan aktivitas belajar matematika di kelas X UPW SMK 17 Agustus 1945 Surabaya.
Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan aktifitas belajar matematika di kelas X UPW SMK 17 Agustus 1945 Surabaya dari 25% menjadi >70%.
Kajian Pustaka
Pembelajaran Matematika
Fadjar shadiq. 2004, berpendapat bahwa pengertian istilah matematika sebagai ilmu tentang pola perlu dikembangkan lebih lanjut. Matematika dalam pengertian sebagai ilmu memuat arti membuat sesuatu yang masuk akal, memuat serangkaian simbol dan jenis penalaran yang sesuai antara satu dengan yang lainnya.
Menurut Heris Hendriana dkk. 2014) Karakteristik umum matematika memiliki objek kajian yang abstrak, berupa fakta, operasi, konsep dan prinsip. Bertumpu pada kesepakatan atau konvensi, baik berupa simbol-simbol dan istilah maupun aturan-aturan dasar (aksioma). Berpola pikir deduktif, konsisten dalam sistemnya, memiliki simbol yang kosong dari arti, memperhatikan semesta pembicaraan.
Akitifitas Belajar
(Sardiman, 2011:100). Aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Suatu proses belajar mengajar dikatakan baik, bila proses tersebut dapat membangkitkan aktivitas belajar yang efektif.
Menurut hasil penelitian Paul B. Diedrich yang dikutip dari Rahmyullis (2010:24) menyatakan, aktivitas belajar dibagi ke dalam delapan kelompok, yaitu sebagai berikut:
(1) Kegiatan-kegiatan visual (visual activities) (2) Kegiatan-kegiatan lisan (oral activities) (3) Kegiatan-kegiatan mendengarkan (listening activities) (4) Kegiatan-kegiatan menulis (writing activities) (5) Kegiatan-kegiatan menggambar (drawing activities) (6) Kegiatan-kegiatan motorik (motor activities) (7) Kegiatan-kegiatan mental (mental activities)
(8) Kegiatan - kegiatan emosional (emotional activities)
Penelitian Tindakan Kelas
Basrowi dan Suwandi. 2008:26, Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupakan salah satu upaya guru atau praktisi dalam bentuk berbagai kegaiatan yang dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan yang langsung berhubungan dengan tugas guru di lapangan.
Dapat disimpulkan bahwa pengertian penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kelas dengan tujuan untuk memperbaiki atau meningkatakan kualitas pembelajaran. PTK dimulai dari refleksi awal permasalahan ini ditemukan guru dalam proses belajar mengajar di kelas. Selanjutnya direncanakan tindakan apa yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Dalam memilih tindakan perlu memperhatikan kemampuan guru itu sendiri, apakah mampu menggunakan tindakan tersebut atau belum, selain kemampuan guru juga diperhatikan kemampuan siswa sarana prasarana dan lain sebagainya.
Pembelajaran Kooperatif
Abdurrahman dan Bintoro (Nurhadi dan Senduk, 2003:60), memberi batasan model pembelajaran kooperatif sebagai pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai latihan hidup dalam masyarakat nyata.
Pembelajaran Tipe Make A Match
Dikembangkan pertama kali pada 1994 oleh Lorna Curran, strategi make a match saat ini menjadi salah satu strategi penting dalam ruang kelas. Tujuan dari strategi ini antara lain yaitu, pendalaman materi, penggalian materi dan edutainment.
Tata laksanaknya cukup mudah, tetapi guru perlu melakukan beberapa persiapan khusus sebelum menerapkan strategi ini. Beberapa persiapannya antara lain:
1. Membuat beberapa pertanyaan yang sesuai dengan materi yang dipelajari (jumlahnya tergantung
tujuan pembelajaran) kemudian menulisnya dalam kartu-kartu pertanyaan
2. Membuat kunci jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang telah dibuat dan menulisnya dalam
kartu-kartu jawaban. Akan lebih baik jika kartu pertanyaan dan kartu jawaban berbeda warna
3. Membuat aturan yang berisikan perhargaan bagi siswa yang berhasil dan sanksi bagi siswa yang
gagal (disini, guru dapat membuat aturan ini bersama-sama dengan siswa)
4. Menyediakan lembaran untuk mencatat pasangan-pasangan yang berhasil sekaligus untuk
penskoran presentasi.
penskoran presentasi.
Sintaks Dan Langkah-Langkah Pembelajaran Tipe Make A Match :
1. Guru menyampaikan materi atau memberi tugas kepada siswa untuk mempelajari materi di rumah 2. Siswa dibagi dalam 2 kelompok, misalnya kelompok A dan B. Kedua kelompok diminta untuk
berhadap-hadapan
3. Guru membagikan kartu pertanyaan pada kelompok A dan kartu jawaban pada kelompok B
4. Guru menyampaikan kepada siswa bahwa mereka harus mencari dan mencocokkan kartu yang
dipegang dengan kelompok lain. Guru juga perlu menyampaikan batasan maksimum waktu yang ia berikan kepada mereka
5. Guru meminta semua anggota A untuk mencari pasangannya di kelompok B. Jika mereka sudah
menemukan pasangannya masing-masing, guru meminta mereka melaporkan diri kepadanya.
Guru mencatan mereka pada kertas yang sudah dipersiapkan
6. Jika waktu sudah habis, mereka harus diberi tahu bahwa waktu sudah habis. Siswa yang belum
menemukan pasangan diminta untuk berkumpul tersendiri
7. Guru memanggil satu pasangan untuk presentasi. Pasangan lain dan siswa yang tidak mendapat
pasangan memperhatikan dan memberikan tanggapan apakah pasangan itu cocok atau tidak
8. Terakhir, guru memberikan konfirmasi tentang kebenaran dan kecocokan pertanyaan dan jawaban dari pasangan yang memberikan presentasi
9. Guru memanggil pasangan berikutnya, begitu seterusnya sampai seluruh pasanga melakukan
presentasi.
presentasi.
Metode Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research).
Rancangan penelitian ini meruapakan Penelitian Tindakan Kelas dengan pendekatan kualitatif.
Prosedur penelitian menggunakan langkah-langkah : Perencanaan, Pelaksanaan, Observasi, evaluasi, dan Refleksi.
Pelaksanaan PTK ini dilaksanaan di SMK 17 Agustus 1945 Surabaya Jl. Nginden Senolo No. 44, Nginden Jangkungan, Sukolilo, Kota Surabaya Jawa Timur.
Pelaksanaan PTK ini dilaksanaan pada tanggal 13 September2017 sampai 11 Oktober 2017.
Subjek dalam PTK ini adalah siswa siswi kelas X UPW tahun ajaran 2017/2018. Dengan jumlah siswa 26 siswa yang terdiridari 13 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.
Lembar obsevasi aktivitas dalam penelitian tindakan kelas ini menggunakan skala rating dengan kriteria:
1. Kurang jika 0-25% dari seluruh siswa melaksanakan aktivitas
2. Cukup jika 25% - 50% dari seluruh siswa melaksanakan aktivitas
3. Cukup jika 50%-75% dari seluruh siswa melaksanakan aktivitas
4. Cukup jika 75% - 100% dari seluruh siswa melaksanakan aktivitas
Adapun pengamatan aktivitas belajar matematika sebelum pelaksanaan tindakan berdasarkan indikator-indikator sebagai berikut :
A. Interaksi siswa dalam pembelajaran
B. Keberanian siswa dalam mengemukakan pertanyaan.
C. Keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat
D. Kerjasama siswa dalam kelompok E. Partisipasi dalam presentasi.
Sedangkan pengamatan aktivitas belajar matematika pada pelaksanaan tindakan berdasarkan indikator-indikator sebagai berikut :
A. Partisipasi siswa dalam mencari pasangan kartu soal dan kartu jawaban yang cocok dan benar
B. Kerjasama siswa dalam kelompok
C. Interaksi siswa dalam kelompok
D. Kecepatan siswa dalam mecari pasangan kartu soal dan kartu jawaban yang sesuai sebelum habis waktu yang telah ditentukan
E. Keberanian siswa dalam mengemukakan pertanyaan
F. Keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat
G. Partisipasi dalam presentasi
Sasaran penelitian ini adalah siswa dan model pembelajaran. Sasaran siswa dilihat dari segi aktivitas belajar siswa. Sasaran model pembelajaran dilihat dari segi keberhasilan proses pembelajaran matematika dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match.
Teknik Analisis Data yang digunakan adalah sebagai beritkut:
1. Menghitung aktifitas belajar per item
Untuk menghitung aktifitas belajar per-item dengan menggunakan rumus :
Persentase per-item = Σ𝑋𝑖𝑁𝑥100%
Keterangan :
Σ𝑋𝑖 = jumlah poin yang diperoleh peserta didik pada item ke-i
𝑁 = banyaknya peserta didik
2 Menghitung aktifitas belajar keseluruhan
Untuk menghitung aktifitas belajar keseluruhan dengan mencari nilai rata-rata per item yang diteliti dan digunakan rumus :
𝑥̅=Σ𝑋𝑁
Keterangan :
𝑥̅ = rata-rata nilai aktifitas belajar
Σ𝑋 = jumlah seluruh nilai per-item
𝑁 = banyaknya item
Hasi dan Pembahasan
Dari hasil pengamatan aktivitas belajar matematika pada pra-siklus menunjukkan bahwa pengamatan aktivitas belajar matematika sebelum pelaksanaan tindakan berdasarkan indikator-indikator yang telah dibuat hasilnya sebagai berikut:
Tabel 4.1
Hasil Rata-Rata Aktivitas Belajar Matematika Pra-Siklus
Siswa Kelas X UPW SMK 17 Agustus 1945 Surabaya Tahun Ajaran 2017/2018
Kode
|
Indikator
|
Hasil
|
A
|
Interaksi siswa dalam pembelajaran
|
34,616%
|
B
|
Keberanian siswa dalam mengemukakan pertanyaan
|
15,384%
|
C
|
Keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat
|
19,230%
|
D
|
Kerjasama siswa dalam kelompok
|
42,308%
|
E
|
Partisipasi dalam presentasi
|
23,077%
|
Rata-Rata Keseluruhan
|
26,9%
| |
Berdasarkan tabel 4.1 hasil rata-rata aktivitas belajar matematika pada pra-siklus diperoleh rata-rata indikator interaksi siswa dalam pembelajaran sebesar
34,616%, rata-rata indikator keberanian siswa dalam mengemukakan pertanyaan sebesar 15,384%, rata-rata indikator keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat sebesar 19,230%, rata-rata indikator kerjasama siswa dalam kelompok sebesar 42,308%, dan rata-rata indikator partisipasi dalam presentasi sebesar 23,077%. Rata-rata dari tiap indikator secara keseluruhan sebesar 26,9%.
Rata-rata tersebut tidak mencapai tingkat keaktifan yang telah ditetapkan yaitu sebesar 70%.
Oleh karena itu diperlukan adanya inovasi dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi barisan dan deret. Salah satu model penelitian yang ditawarkan peneliti adalah model pembelajaran kooperatif tipe Make a Matc.
Dari hasil pengamatan aktivitas belajar matematika pada siklus I menunjukkan bahwa pengamatan aktivitas belajar matematika pada pelaksanaan tindakan berjalan sesuai dengan indikator-indikator yang telah dibuat dan hasilnya sebagai berikut:
Tabel 4.2
Hasil Rata-Rata Aktivitas Belajar Matematika Pada Siklus I
Siswa Kelas X UPW SMK 17 Agustus 1945 Surabaya Tahun Ajaran 2017/2018
Kode
|
Indikator
|
Hasil
|
A
|
Partisipasi siswa dalam mencari pasangan kartu soal dan kartu jawaban yang cocok dan benar
|
57,692%
|
B
|
Kerjasama siswa dalam kelompok
|
50%
|
C
|
Interaksi siswa dalam kelompok
|
73,077%
|
D
|
Kecepatan siswa dalam mecari pasangan kartu soal dan kartu jawaban yang sesuai sebelum habis waktu yang telah ditentukan
|
76,923%
|
E
|
Keberanian siswa dalam mengemukakan pertanyaan
|
53,847%
|
F
|
Keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat
|
34,615%
|
G
|
Partisipasi dalam presentasi
|
42,308%
|
Rata-Rata
|
55,5%
| |
Kriteria Keberhasilan 70%
|
Belum mencapai kriteria keberhasilan
55,5%
| |
Dari data di atas diperoleh rata-rata hasil belajar di siklus I ini belum mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan. Hal ini terbukti dengan perolehan rata-rata keaktifan belajar sebesar 55,5% yang kurang dari 70%. Oleh karena itu, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe make a match untuk aktivitas belajar siswa kelas X UPW SMK 17 Agustus 2017 Surabaya harus dilaksanakan pembelajaran pada siklus II.
Dari hasil pengamatan aktivitas belajar matematika pada siklus II menunjukkan bahwa pengamatan aktivitas belajar matematika pada pelaksanaan tindakan berdasarkan indikator-indikator yang telah dibuat hasilnya sebagai berikut:
Tabel 4.2
Hasil Rata-Rata Aktivitas Belajar Matematika Siklus II
Siswa Kelas X UPW SMK 17 Agustus 1945 Surabaya Tahun Ajaran 2017/2018
Kode
|
Indikator
|
Hasil
|
A
|
Partisipasi siswa dalam mencari pasangan kartu soal dan kartu jawaban yang cocok dan benar
|
100%
|
B
|
Kerjasama siswa dalam kelompok
|
80,769%
|
C
|
Interaksi siswa dalam kelompok
|
73,077%
|
D
|
Kecepatan siswa dalam mecari pasangan kartu soal dan kartu jawaban yang sesuai sebelum habis waktu yang telah ditentukan
|
88,461%
|
E
|
Keberanian siswa dalam mengemukakan pertanyaan
|
73,077%
|
F
|
Keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat
|
65,384%
|
G
|
Partisipasi dalam presentasi
|
76,923%
|
Rata-Rata
|
79,67%
| |
Kriteria Keberhasilan 70%
|
Sudah Mencapai Kriteria Keberhasilan 79,68%
| |
Dari data di atas diperoleh rata-rata hasil belajar di siklus II ini sudah mencapai indikator keberhasilan yang ditentukan. Hal ini terbukti dengan perolehan rata-rata keaktifan belajar matematika sebesar 79,67% yang lebih besar dari 70%. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus II kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe make a match ini sudah berjalan dengan semestinya sehingga menunjukkan hasil yang baik. Selama berlangsungnya kegiatan disiklus II kekurangan-kekurangan yang ada di siklus I sudah bisa teratasi.
Berikut perbandingan data aktifitas belajar matematika kelas X UPW SMK 17 Agustus 1945 Surabaya dari pra-siklus, siklus I dan siklus II akan disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.3
Perbandingan Hasil Rata-Rata Aktivitas Belajar Matematika Antara Pra-Siklus, Siklus I, dan Siklus II Kelas X UPW SMK 17 Agustus 1945 Surabaya Tahun Ajaran 2017/2018
Kriteria Keberhasilan aktifitas belajar mencapai 70%
| |||
Perbandingan
|
Pra-siklus
|
Siklus I
|
Siklus II
|
Rata-Rata Aktivitas Belajar Matematika
|
26,9%
|
55,5%
|
79,68%
|
Kriteria Keberhasilan
|
Belum mencapai Kriteria Keberhasilan
|
Belum
mencapai Kriteria Keberhasilan
|
Sudah mencapai Kriteria Keberhasilan
|
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa hasil pada tahap pra-siklus dan siklus I belum mencapai kriteria keberhasilan aktivitas belajar, oleh karena itu pelaksanaan tindakan dilanjutkan ke siklus II. Pada siklus ke II inilah keriteria keberhasilan aktivitas belajar baru tercapai dengan nilai keberhasilan 79,68.
Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Make a Match (mencari pasangan) dapat meningkatkan aktifitas belajar matematika di kelas X UPW SMK 17 Agustus 1945 Surabaya. Hal ini diperoleh dari hasil observasi dari pra-siklus, siklus I, dan siklus II terdapat peningkatan aktivitas belajar matematika setiap siklusnya, serta telah mencapai kriteria yang ditetapkan yaitu sebersar > 70%.
Dari pra-siklus hasil observasi aktivitas belajar matematika sebesar 26,9%, siklus I hasil observasi aktivitas belajar matematika sebesar 55,9%dan pada siklus II hasil observasi aktivitas belajar matematika sebesar 79,68%. Penelitian berhenti pada siklus II karena pada siklus II hasil observasi aktivitas belajar matematika sudah mencapai kriteria yang ditetapkan.
Saran
Dari kesimpulan yang telah dipaparkan maka maka saran yang perlu disampaikan sebagai berikut:
1. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan untuk diterapkan dalam
pembelajaran selanjutnya
2. Bagi guru matematika khususnya pada sekolah ini, disarankan dapat menjadi bahan rujukan untuk
menerapkan model pembelajaran tipe make a match (mencari pasangan) karena model
pembelajaran ini mampu meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa. Sebaiknya juga
menerapkan model pembelajaran-pembelajaran lain agar pembelajaran lebih kreatif dan inovatif
sehingga mampu meningkatkan aktivitas, motivasi, serta hasil belajar siswa
Daftar Pustaka
[1] A. M. Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali.
[2] Arikunto, Suharsimi. DKK. 2015. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.
[3] Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: ALFABETA.
[4] Basrowi & Suwandi. 2008. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas. Bogor: GI
[5] Curran, Lorna. 1994, Huda Miftahul.2014.Model-model pengajaran dan pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
[6] Enung, untung.2009. Mandiri Matematika SMAjilid 1 untuk kelas X. Jakarta: Erlangga
[7] Gagne, Brings, dan Wager. Strategi pembelajaran (dalam Rusmono, 2012:6)
[8] Heris Hendriana dkk.2014. Penilaian Pembelajaran Matematika. Bandung: PT Refika Aditama
[9] Hamalik. Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Cet I. Jakarta: PT Bumi Aksara.
[10] Huda. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran.Yogyakarta: Pustaka Pelajar
.
[11] Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Edisi Keenam. BandunG: TARSITO Bandung.
[12]Trianto.2007.Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta:Prestasi
Pustaka.
[13] Yamin, Martinis. 2013. Strategi dan Metode dalam Model pembelajaran. Cet. I. Ciputat-Jakarta: Referensi (GP Press Group)
Lampiran Photo:
Dowload
https://albertusgarut4.blogspot.com/2018/01/penerapan-model-pembelajaran-kooperatif.html
Albert Jala
Lampiran Photo:
Dowload
https://albertusgarut4.blogspot.com/2018/01/penerapan-model-pembelajaran-kooperatif.html
Albert Jala




0 Response to "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR MATEMATIKA"
Posting Komentar
terimakasih atas komentarnya.